KEPEMIMPINAN
by: NURTAUFIK, S. Ag
A.
DEFINISI
Keating (1986) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan
para pemimpin secara umum terbagi menjadi dua hal, yaitu kepemimpinan yang
berorientasi pada tugas (task oriented) dan kepemimpinan yang berorientasi pada
manusia (human relation oriented).
Sedangkan Blanchard (1992) mengemukakan empat gaya kepemimpinan
dasar yaitu:
1.
Gaya
Directing (mengarahkan)
Di sini pemimpin lebih banyak memberikan petunjuk yang spesifik dan
mengawasi secara ketat penyelesaian tugas. Pola kepemimpinan seperti ini cocok
untuk diterapkan pada bawahan yang kinerjanya rendah namun punya komitmen cukup
baik.
2. Gaya Coaching (melatih)
Di sini pemimpin menggunakan directive dan supportive secukupnya.
Artinya, pengarahan dan pengawasan tetap dilakukan secara ketat oleh pemimpin,
namun disertai dengan penjelasan keputusan, permintaan saran dari bawahan, dan
dukungan akan kemajuan. Pola kepemimpinan seperti ini cocok untuk diterapkan
pada bawahan punya kinerja yang cukup dan punya komitmen tinggi.
3. Gaya Supporting (mendukung)
Di sini supportive lebih banyak diberikan daripada directive,
khususnya untuk bawahan yang komitmennya kurang baik. Pemimpin dengan gaya ini
lebih banyak memberikan fasilitas dan mendukung usaha bawahan ke arah
penyelesaian tugas-tugas mereka.
4.
Gaya
Delegation (mendelegasikan)
Gaya ini diimplementasikan bagi bawahan yang sudah menjadi “orang
kepercayaan”. Directive dan supportive tidak banyak diberikan. Oleh karenanya,
pemimpin lebih banyak menyerahkan pengambilan keputusan dan tanggung jawab
kepada bawahan.
B.
Tipe Kepemimpinan
Dalam menjalankan tugasnya sebagai
pemimpin, yaitu menggerakkan atau memberi motivasi orang lain agar melakukan
tindakan-tindakan yang selalu terarah pada pencapaian tujuan organisasi,
berbagai cara dapat dilakukan oleh seseorang pemimpin. Cara itu mencerminkan
sikap dan pandangan pemimpin terhadap orang yang dipimpinnya. Yang memberikan
gambaran pula tentang bentuk (tipe) kepemimpinannya yang dijalankannya.
Kajian tentang tipologi kepemimpinan
pendidikan sejak dulu masih terbatas pada tipe-tipe kepemimpinan klasik yang
dapat diklasifikasikan menjadi 4 tipe, yaitu:
1.
Tipe
otoriter/otokrasi;
2.
Tipe
laissez faire;
3.
Tipe
demokratis; dan
4.
Tipe
pseudo demokratis.
Namun, kajian tipologi kepemimpinan tidak hanya berhenti pada empat
tipe tersebut. Siagian (1989), misalnya, ia mengklasifikasi tipe pemimpin
menjadi lima, yaitu: 1) tipe otokrasi; 2) tipe militeristis; 3) tipe
paternalistik; 4) tipe karismatik; dan 5) tipe demokratis.
Di samping beberapa tipe kepemimpinan tersebut, masih terdapat
beberapa tipe kepemimpinan yang dikemukakan oleh para pakar kepemimpinan, di
antaranya: kepemimpinan birokratis, people or relations-oriented leadership
(kepemimpinan berorientasi pada orang atau hubungan), servant leadership
(kepemimpinan melayani), task-oriented leadership (kepemimpinan yang
berorientasi tugas), kepemimpinan transaksional, dan kepemimpinan
transformasional.
Berikut masing-masing penjelasan dari tipe-tipe kepemimpinan
tersebut di atas.
a.
Tipe Otokratis
Otokratis berasal dari kata oto yang berarti sendiri, dan kratos
yang berarti pemerintah. Jadi otokratis berarti mempunyai sifat memerintah dan
menentukan sendiri. Ciri-ciri dari pemimpin otokratis itu antara lain: a)
menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi; b) mengidentikkan tujuan pribadi
dengan tujuan organisasi; c) menganggap bawahan sebagai alat semata mata; d)
tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat; e) terlalu tergantung pada
kekuasaan formalnya; f) menggunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan.
Akibat dari kepemimpinannya tersebut, guru menjadi orang yang
penurut dan tidak mampu berinisiatif serta takut untuk mengambil keputusan,
guru dan murid dipaksa bekerja keras dengan diliputi perasaan takut akan
ancaman hukuman, serta sekolah akan menjadi statis.
b.
Tipe Laissez faire
Laissez faire jika diterjemahkan dapat diartikan sebagai ”biarkan
saja berjalan” atau ‘tidak usah dihiraukan’, jadi mengandung sikap ‘masa bodo’.
Bentuk kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari bentuk kepemimpinan otoriter.
Pembagian tugas dan kerjasama diserahkan kepada anggota-anggota kelompoknya
tanpa petunjuk atau saran-saran dari pemimpin. Sehingga kekuasaan dan tanggung
jawab menjadi simpang siur dan tidak terarah.
Kepemimpinan seperti ini pada dasarnya kurang tepat bila dilaksanakan secara murni di lingkungan pendidikan. Karena dalam hal ini setiap anggota kelompok bergerak sendiri-sendiri sehingga semua aspek manajemen tidak dapat diwujudkan dan dikembangkan.
Kepemimpinan seperti ini pada dasarnya kurang tepat bila dilaksanakan secara murni di lingkungan pendidikan. Karena dalam hal ini setiap anggota kelompok bergerak sendiri-sendiri sehingga semua aspek manajemen tidak dapat diwujudkan dan dikembangkan.
c.
Tipe Demokratis
Kepemimpinan tipe ini menmpatkan faktor manusia sebagai faktor
utama dan terpenting dalam sebuah organisasi. Dalam kepemimpinan ini setiap
individu, sebagai manusia dihargai atau dihormati eksistensi dan peranannya
dalam memajukan dan mengembangkn organisasi. Oleh karena itu perilaku dalam
gaya kepemimpinan yang dominan pada tipe kepemimpinan ini adalah perilaku
memberi perlindungan dan penyelamatan, perilaku memajukan dan mengembangkan
organisasi serta perilaku eksekutif.
d.
Tipe Pseudo Demokatis
Pseudo berarti palsu, pura-pura. Pemimpin semacam ini berusaha
memberikan kesan dalam penampilannya seolah-olah dia demokratis, sedangkan
maksudnya adalah otokrasi, mendesakkan keinginannya secara halus. Tipe
kepemimpinan pseudo-demokratis ini sering juga disebut sebagai pemimpin yang
memanipulasikan demokratis atau demokratis semu. Berkaitan dengan ini Kimball
Willes menyebutkan bahwa cara memimpinnya tipe kepemimpinan pseudo-demokratis
itu seperti diplomatic manipulation atau manipulasi diplomatis. Jadi, pemimpin
pseudo demokratis sebenarnya adalah orang otokratis, tetapi pandai
menutup-nutupi sifatnya dengan penampilan yang memberikan kesan seolah-olah ia
demokratis.
b.
Kepemimpinan
Birokratis
Pemimpin birokratis bekerja “berdasarkan aturan”, memastikan staf
mereka mengikuti prosedur secara tepat. Ini adalah gaya yang sangat tepat dalam
melibatkan risiko keamanan yang serius.
c.
People or Relations-Oriented Leadership
Gaya kepemimpinan ini adalah kebalikan dari kepemimpinan
berorientasi tugas; pemimpin secara total berfokus pada mengorganisir,
mendukung, dan mengembangkan orang di bawah kepemimpinannya. Sebuah gaya
partisipatif, yang cenderung mengarah pada kerja tim yang baik dan kolaborasi
yang kreatif.
d.
Servant Leadership
Istilah ini dicetuskan oleh Robert Greenleaf di tahun 1970an, yang
menggambarkan seorang pemimpin yang umumnya tidak dianggap secara formal
sebagai pemimpin. Ketika seseorang, di setiap level organisasi, memimpin dengan
memenuhi kebutuhan timnya, dinamakan sebagai pemimpin yang melayani. Dalam
banyak hal, kepemimpinan pelayan adalah bentuk dari kepemimpinan demokratis,
karena seluruh tim cenderung terlibat dalam pengambilan keputusan.
Pendukung dari model kepemimpinan pelayan mengatakan hal ini adalah
cara yang penting untuk maju dalam dunia di mana nilai semakin penting, di mana
pemimpin pelayan mencapai kekuatan sebagai dasar dari nilai dan idealisme
mereka. Yang lain percaya bahwa dalam situasi kepemimpinan yang kompetitif,
orang yang mempraktekkan kepemimpinan pelayan akan sering tertinggal dengan
gaya kepemimpinan yang lain.
e.
Task-Oriented Leadership
Kepemimpinan
yang sangat berorientasi tugas berfokus hanya pada menyelesaikan pekerjaan, dan
bisa jadi sangat otokratis. Ia akan secara aktif mendefinisikan tugas dan peran
yang diperlukan, menempatkan struktur, merencanakan, mengorganisir dan
memonitor. Namun demikian, seorang pemimpin berorientasi tugas tidak banyak
meluangkan waktu untuk kesejahteraan tim, pendekatan ini bisa mengalami banyak
kelemahan yang ada pada kepemimpinan otokratis, dengan kesulitan untuk
memotivasi dan mempertahankan staf. Pemimpin berorientasi tugas dapat
menggunakan Blake-Mouton Managerial Grid untuk membantu dalam mengidentifikasi
wilayah pengembangan spesifik yang akan membantu mereka melibatkan orang lain
lebih sering.
f.
Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang menekankan pada
tugas-tugas bawahan. Pemimpin adalah seseorang yang menentukan pekerjaan
beserta mekanismenya, sedangkan staf hanya melaksanakan tugas sesuai dengan
kemampuan dan keahliannya serta tugas dan perannya.
Gaya kepemimpinan ini dimulai dari pemikiran bahwa anggota tim
setuju untuk mengikuti pemimpin mereka dengan total ketika mereka melakukan
pekerjaan. Transaksi umumnya adalah perusahaan atau organisasi jasa memberikan
imbalan pada anggota tim atas upaya dan ketaatan mereka. Pemimpin memiliki hak
untuk “menghukum” anggota tim bila pekerjaan mereka tidak memenuhi standar yang
telah ditetapkan sebelumnya. Kepemimpinan ini memiliki keterbatasan serius bagi
pekerjaan yang berbasis pengetahuan atau kreatifitas.
g.
Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional hadir menjawab tantangan zaman yang
penuh dengan perubahan. Zaman yang dihadapai saat ini adalah zaman di mana
manusia dapat mengkritik dan meminta yang layak dari apa yang diberikannya
sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini sesuai dengan konsep Maslow yang menyatakan
bahwa manusia pada era ini memiliki kebutuhan yang berkembang hingga pada
keinginan untuk dapat mengaktualisasikan diri.
Seseorang dengan gaya kepemimpinan ini adalah seorang pemimpin
nyata yang menginspirasi timnya secara konstan dengan visi masa depan bersama.
Pemimpin transformasional mencurahkan perhatian pada kebutuhan pengikutnya.
Pemimpin mengubah kesadaran pengikut akan persoalan-persoalan dengan membantu
mereka memandang masalah lama dengan cara baru dan mampu membangkitkan serta
mengilhami para pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra dalam mencapai tujuan
kelompok.
h.
Kepemimpinan Militeristis
Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin
yang memiliki sifat-sifat berikut: lebih banyak memberikan perintah; bergantung
kepada pangkat dan jabatannya; senang pada formalitas yang berlebih-lebihan;
menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan; sukar menerima kritikan
dari bawahannya; Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
i.
Kepemimpinan Paternalistik
Di sini pemimpin bersifat kebapakan dan selalu memberikan
perlindungan kepada para bawahan. Seorang pemimpin yang tergolong sebagai
pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut:
menganggap dirinya paling dewasa; bersikap terlalu melindungi (overly
protective); jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil
keputusan; jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil
inisiatif; jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan
daya kreasi dan fantasinya; dan sering bersikap maha tahu.
j.
Kepemimpinan Karismatik
Gaya kepemimpinan karismatis dapat terlihat mirip dengan
kepemimpinan transformasional, di mana pemimpin menyuntikkan antusiasme tinggi
pada tim, dan sangat enerjik dalam mendorong untuk maju. Tipe kepemimpinan
karismatik memandang kepemimpinan sebagai keseimbangan antara pelaksanaan tugas
dan pemeliharaan hubungan dengan para bawahan. Pemeliharaan hubungan didasarkan
pada hubungan relasional dan bukan berorientasi kekuasaan, walaupun dia
memilikinya.
RUJUKAN
1.
Charles J.
Keating, “The Leadership Book” diterjemahkan oleh A.M. Mangunhardjana,
Kepemimpinan: Teori dan Pengembangannya (Yogyakarta: Kanisius, 1986), 11.
2.
Kenneth
Blanchard, et.al., “Leadership and the One Minute Manager” diterjemahkan oleh
Agus Maulana, Kepemimpinan dan Manajer Satu Menit: Meningkatkan Efektifikas
Melalui Kepemimpinan Situasional (Jakarta: Erlangga, 1992), 30.
3.
M. Ngalim
Purwanto, et.al., Administrasi Pendidikan (Jakarta: Mutiara Sumber Widya,
1991), 46; dan Hendyat Soetopo, et.al., Pengantar Operasional Administrasi
Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), 284.
4.
Sondang P.
Siagian, Filsafat Administrasi (Jakarta: CV Haji Masagung, 1989), l41.
5.
M.
Moh. Rifai, Administrasi Pendidikan (Bandung: Jemmars, 1986), 38.
6.
Sudarwan Danim,
Visi Baru Manajemen Sekolah: dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik (Jakarta:
Bumi Aksara, 2006), 214.
7.
Hadari Nawawi,
Administrasi Pandidikan (Jakarta: Haji Masagung, 1998), 169.
8.
M.
Moh. Rifai, Administrasi Pendidikan (Bandung: Jemmars, 1986), 39.
9.
Soekarto
Indrafachrudi, Mengantar Bagaimana Memimpin Sekolah yang Baik (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1993), 26.
10.
Aan Komariah,
at.al., Visionary Leadership: Menuju Sekolah Efektif (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), 75; Bernardine R. 11. Wirjana, et.al., Kepemimpinan: Dasar-dasar dan
Pengembangannya (Yogyakarta: Andi, 2005), 17.
11.
Dodi Wirawan
Irawanto, Kepemimpinan: Esensi dan Realitas (Malang: Bayumedia publishing,
2008), 45.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar