BAHASA

PENDIDIKAN

Rabu, 12 Desember 2012

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA WAY KANAN



MATA KULIAH
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA WAY KANAN

DISUSUN OLEH
NURTAUFIK NPM 1122030079












 





                          MATA KULIAH                : Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) WK
                          PRODI/KONSENTRASI  : Tarbiyah Manajemen Pendidikan Islam
                          SEMESTER                       : 2 (Dua)
              DOSEN                              : Dr. H. MOH. MUKRI, M. A &  Dr. Hj. NIRVA, M. A
  



PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) RADEN INTAN LAMPUNG
 2012
MATA KULIAH

















MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA WAY KANAN
SISTIM REKRUTMEN TENAGA KERJA DI SEKTOR ORGANISASI/PERUSAHAAN PROFIT DAN NON PROFIT DAN TINJAUAN TENTANG PSIKOLOGI PERSOAL/PERILAKU DALAM ORGANISASI”



DISUSUN OLEH
NURTAUFIK NPM 1122030079


Oleh:


NURTAUFIK

NPM. 122030079

 DOSEN PEMBIMBING AKADEMIK  Dr. H. ACHMAD ASRORI, M.A.

 

PROGRAM PASCASARJANA

 INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) RADEN INTAN LAMPUNG

2012


KaryaTulis ini kupersembahkan kepada:
Ibunda yang mulia Almarhumah Solechatun, semoga selalu tersenyum di alam sana.
Ayahanda terhormat Drs. Saridjo Hadi, yang selalu berdo’a untuk kesuksesan ananda.
Untuk Anak-anakku yang selalu mendukungku dengan cinta dan kasih, Muhammad Syifa Al-Fikri dan Syakirah Nur al-Zahra














MOTTO
Islam is andeed much more than a system of theology, it is a complete civilization” M.Natsir[1]


KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم

Al-Salaamu‘alaikum wa Rahmat Allah wa Barakatuh.
Syukur al-hamdulillah senantiasa kita ucapkan atas segala rahmah, taufiq, hidayah serta ‘inayah-Nya. Dia-lah Yang Maha Agung telah menunjukkan kemudahan-kemudahan dalam menyelesaikan Tugas Makalah Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam dengan judul SISTIM REKRUTMEN TENAGA KERJA DI SEKTOR ORGANISASI / PERUSAHAAN PROFIT DAN NON PROFIT dan TINJAUAN TENTANG PSIKOLOGI PERSNOAL/PERILAKU DALAM ORGANISASI” ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, Rasul Ilahi.
Ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada:
1.    Ayah dan Ibunda (Alharhumah) yang selalu berdo’a dan membiayai penulis dalam menyelesaikan pendidikan program Pascasarjana.
2.    Bapak Dr. H. Moh. Mukri, MA, selaku Rektor IAIN Raden Intan Bandar Lampung.
3.  Bapak Dr. H. Wan Jamaluddin, MA, selaku Direktur Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Bandar Lampung.
4.     Bapak Dr. H. Achmad Asrori, MA, selaku Pembimbing Akademik di Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Bandar Lampung.
5.  Para Bapak Dosen di Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Bandar Lampung yang telah memberikan bimbingan dan bekal ilmunya kepada penulis.
6.    Seluruh teman dan saudara baik di Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Bandar Lampung atau yang lainnya, yang selalu mambantu dan mendukung penulis dalam penyelesaian Karya Tulis ini.
Seiring dengan ucapan terima kasih, penulis juga tengadah seraya memanjatkan do’a kehadirat Ilahi semoga amal mereka dibalas oleh Allah dengan balasan yang lebih baik. Amin.
Penulis juga mohon ma’af yang tak terhingga apabila masih terdapat kekurangan-kekurangan di sana-sini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun selalu penulis tunggu demi perbaikan karya ini.
Sebagai akhir pengantar, semoga karya ilmiah ini bermanfa’at bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wa al-Salamu‘alaikum wa Rahmat Allah wa Barakatuh.







Bandar Lampung, 14 Oktober 2012



Penyusun







MATA KULIAH MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN ( MMT )
DOSEN : Dr. H. MOH. MUKRI, M. A
                                                                   Dr. Hj. NIRVA DIANA, M. A


I.   SISTIM REKRUTMEN TENAGA KERJA DI SEKTOR ORGANISASI/PERUSAHAAN PROFIT DAN NON PROFIT
Pemenuhan kebutuhan tenaga kerja yang sesuai dengan kriteria dan tuntutan organisasi sangat mudah dijawab dengan kata rekrut dan seleksi, yang pada kenyataannya tidaklah semudah apa yang dikatakan.
Tuntutan kerja yang akhir-akhir ini dirasakan sangat meningkat dan ketat tidak jarang membuat proses perekrutan dan seleksi itu berjalan tanpa satu proses yang matang dan terencana. Suatu proses rekrutmen dan seleksi yang telah disusun sesuai dengan perencanaan dan pengembangan organisasi (man power plan) tentunya akan memberi manfaat yang positif baik dari sisi waktu, biaya, efektifitas kerja bahkan hasil yang akan diperoleh, yaitu the right man on the right place.
1.1 Pengertian Sumber Daya Manusia
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM ) Untuk memahami pengertian SDM perlu dibedakan antara pengertiannya secara makro dan mikro. Pengertian SDM secara makro adalah semua manusia sebagai penduduk atau warga negara suatu negara atau dalam satu batas wilayah tertentu yang sudah memasuki usia angkatan kerja, baik yang sudah maupun belum memperoleh pekerjaan (lapangan kerja). Di samping itu SDM secara makro berarti juga penduduk yang berada dalam usia produktif, meskipun karena berbagai sebab dan masalah masih terdapat yang belum produktif karena belum memasuki lapangan kerja yang terdapat di masyarakatnya. SDM dalam arti mikro secara sederhana adalah manusia atau orangyang bekerja atau menjadi anggota suatu organisasi yang disebut personil, pegawai, karyawan, pekerja, tenaga kerja dan lain-lain.Manusia sebagai tenaga kerja merupakan inti atau menjadi asset setiap perusahaan, karena manusialah yang akan menentukan peranan sumber daya lainnya yang diikutsertakan dalam proses produksi. Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari manajemen, di mana manajemen sumber daya manusia ini menitikberatkan perhatiannya pada masalah-masalah manusia dalam hubungan kerja dengan tugas-tugasnya tanpa mengabaikan faktor-faktor produksi lainnya, sehingga manajemen sumber daya manusia diartikan sebagai pendayagunaan, penilaian, pemberian balas jasa dan pengelolaan terhadap setiap individu anggota organisasi.Tugas manajemen yang paling penting adalah mengatur dan mengelola faktor manusia seoptimal mungkin agar dapat diperoleh hasil yangefektif dan efisien dengan jalan menyusun, mengembangkan dan melaksanakan program pembangunan sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Manajemen yang khusus untuk menangani dan mengelola unsur manusia disebut manajemen sumber daya manusia. Dengan mempelajari danmenerapkan manajemen sumber daya manusia diharapkan tujuan organisasi dapat tercapai dengan secara efisien dan efektif.Jadi manajemen sumber daya manusia mengandung arti pengakuan terhadap pentingnya peran manusia pada organisasi sebagai sumber daya yang vital dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi, pemanfaatan berbagai fungsi dan kegiatan personalia untuk menjamin bahwa mereka digunakan dan diperlukan oleh seorang karyawan untuk melaksanakan suatu proses kinerja seringkali terlalu diremehkan. Seorang manajer atau pimpinan perusahaan harus tahu bagaimana menetapkan sasaran yang jelas dapat diukur dan telah dicapai kepada karyawan. Mereka harus dapat menyediakan umpan balik yang membantu karyawan bukan hanya bagaimana menghargai apa yang telah dicapai bawahannya (karyawan) pada rapat evaluasi tetapi dengan memberikan bonus, kenaikan gaji atau bahkan memberikan kenaikan jabatan dengan katalain penilaian kinerja mengacu pada suatu system formal dan terstruktur dengan pekerjaan, perilaku dan hasil termasuk juga tingkat kehadiran,kegiatan-kegiatan ini dapat memperbaiki kepuasaan Sumber Daya Manusia (SDM) dan dapat memberikan umpan balik perusahaan atau instansi tentang pelaksanaan kinerja karyawan. Pelaksanaan penempatan karyawan yang tepat akan tercipta,manakala kemampuan bekerja dari pegawai sudah sesuai dengan standar yangdibutuhkan untuk melakukan pekerjaan yang dipercayakan kepadanya. Keputusan mengenai penempatan dimaksudkan untuk menempatkan orang yang tepat pada jabatan yang tepat.Supaya karyawan bersemangat bekerja, berdisiplin tinggi, dan bersikap loyal serta mampu mencapai target yang diharapkan dalam menunjang tujuan perusahaan maka fungsi penempatan mutlak dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktifitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Bagian atau unit yang biasanya mengurusi SDM (Sumber Daya Manusia) adalah departemen sumber daya manusia atau dalam bahasa inggris disebut HRD atau human resource department.
“Menurut A.F. Stoner manajemen sumber daya manusia adalah suatu prosedur yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau perusahaan dengan orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi memerlukannya”
Departemen Sumber Daya Manusia Memiliki Peran, Fungsi, Tugas dan Tanggung Jawab:
A.    Melakukan Persiapan Dan Seleksi Tenaga Kerja / Preparation and Selection
1.      Persiapan
Dalam proses persiapan dilakukan perencanaan kebutuhan akan sumber daya manusia dengan menentukan berbagai pekerjaan yang mungkin timbul. Yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan perkiraan/ forecast akan pekerjaan yang lowong, jumlahnya, waktu dan sebagainya. Ada dua faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan persiapan, yaitu faktor internal seperti jumlah kebutuhan karyawan baru, struktur organisasi, departemen yang ada, dan lain-lain. Faktor eksternal seperti hukum ketenaga kerjaan kondisi pasar tenaga kerja dan sebagainya.
2.      Rekrutmen tenaga kerja / Recruitment
Rekrutmen adalah suatu proses untuk mencari calon atau kandidat pegawai, karyawan, buruh, manajer, atau tenaga kerja baru untuk memenuhi kebutuhan SDM organisasi atau perusahaan. Dalam tahapan ini diperluka analisis jabatan yang ada untuk membuat deskripsi pekerjaan / job description dan juga spesifikasi pekerjaan.
3.      Seleksi tenaga kerja / Selection
Seleksi tenaga kerja adalah suatu proses menemukan tenaga kerja yang job specification tepat dari sekian banyak kandidat atau calon yang ada. Tahap awal yang perlu dilakukan setelah menerima berkas lamaran adalah melihat daftar riwayat hidup atau (CV) curriculum vittae milik pelamar. Kemudian dari CV pelamar dilakukan penyortiran antara pelamar yang akan dipanggil dengan yang gagal memenuhi standar suatu pekerjaan. Lalu berikutnya adalah memanggil kandidat terpilih untuk dilakukan ujian test tertulis, wawancara kerja / interview dan proses seleksi lainnya.
4.      Pengembangan dan evaluasi karyawan / Development and evaluation
Tenaga kerja yang bekerja pada organisasi atau perusahaan harus menguasai pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Untuk itu diperlukan suatu pembekalan agar tenaga kerja yang ada dapat lebih menguasai dan ahli di bidangnya masing-masing serta meningkatkan kinerja yang ada. Dengan begitu proses pengembangan dan evaluasi karyawan menjadi sangat penting mulai dari karyawan pada tingkat rendah maupun yang tinggi.
5.      Memberikan kompensasi dan proteksi pada pegawai / Compensation and protection
Kompensasi adalah imbalan atas kontribusi kerja pegawai secara teratur dari organisasi atau perusahaan. Kompensasi yang tepat sangat penting dan disesuaikan dengan kondisi pasar tenaga kerja yang ada pada lingkungan eksternal. Kompensasi yang tidak sesuai dengan kondisi yang ada dapat menyebabkan masalah ketenaga kerjaan di kemudian hari atau pun dapat menimbulkan kerugian pada organisasi atau perusahaan. Proteksi juga perlu diberikan kepada pekerja agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan tenang sehingga kinerja dan kontribusi perkerja tersebut dapat tetap maksimal dari waktu ke waktu.
6.      Jenjang karir
Jenjang karir merupakan tahapan kenaikan jabatan dalam suatu pekerjaan. Hal ini merupakan aspek yang penting bagi para karyawan yang bekerja dalam suatu perusahaan untuk memotifasi karyawan dalam meningkatkan kinerja mereka. Dalam hal ini perusahaan yang profesional akan menetapkan jenjang karir yang pasti bagi para karyawannya.
1.1  Pentingnya Sumber Daya Manusia dalam Perusahaan
Menurut saya Sumber Daya Manusia dalam hal ini tenaga kerja manusia merupakan faktor input yang sangat penting selain bahan baku dan peralatan lainya dalam operasi suatu perusahaan. Tanpa tenaga kerja manusia perusahaan tidak akan dapat beroprasi untuk mencapai tujuan perusahaannya.
1.2  Perekrutan Karyawan
A.       Proses rekrutmen/seleksi penerimaan pegawai menggunakan sistem gugur, meliputi tahapan :
1)      Seleksi administrasi.
2)      General Aptitude test (GAT).
3)      Tes Akademis dan Bahasa Inggris.
4)      Tes Psikologi dan Diskusi Kelompok.
5)      Wawancara.
6)      Tes kesehatan.
B.     Pelamar/Peserta seleksi penerimaan yang lulus/memenuhi syarat dalam proses seleksi di atas, akan dipanggil untuk mengikuti Program Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan (Diklat Prajab). Selama mengikuti Diklat Prajab status peserta adalah Siswa Diklat Prajabatan dan Diklat Prajabatan dilaksanakan selama + 12 bulan meliputi:
1.      Pembinaan Kedisiplinan.
2.      Pengenalan Perusahaan.
3.      Pembidangan.
4.      On The Job training (OJT).
C.     Bagi Siswa yang lulus Diklat Prajabatan akan diangkat sebagai Pegawai dan ditempatkan pada posisi jabatan di seluruh Unit dan Wilayah Kerja di perusahaan tersebut.
D.    Surat Lamaran
Surat lamaran ditujukan kepada Konsultan Rekrutmen dengan mencantumkan Kode Jabatan yang dilamar pada surat lamaran dan pada sampul surat lamaran dengan melampirkan :
  • Riwayat hidup ( CV ).
  • Foto copy ijasah S1 atau D3 sesuai dengan jabatan yang dilamar dan transkripsi nilai, keduanya telah dilegalisir.
  • Foto copy KTP dan akte kelahiran.
  • Pas foto terbaru ukuran 4 x 6 sebanyak 3 lembar.
  • Surat keterangan berbadan sehat dan tidak buta warna dari dokter umum.
  • Melampirkan pernyataan diri di atas meterai Rp. 6.000,- tentang :
a.     Kesanggupan untuk ditempatkan di seluruh Indonesia.
b.     Tidak terlibat dalam penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lainnya.
c.    Sampul surat warna coklat ukuran 11,5 x 25 cm yang bertuliskan alamat diri dilengkapi kode pos untuk panggilan tes, tanpa perangko.
1.2  Analisis Perusahaan
a.       Persiapan
Perusahaan dalam perekrutan karyawan melakukan perencanaan kebutuhan akan sumber daya manusia dengan menentukan jumlah lowongan pekerjaan yang dibutuhkan dan struktur pekerjaan yang akan ditempati oleh para pelamar pekerja. Hal itu terlihat dengan adanya posisi-posisi pekerjaan yang dibutuhkan oleh perusahaan.
b.      Rekrutmen tenaga kerja / Recruitment
Dalam memenuhi kebutuhan sumber daya (tenaga kerja) karyawan akan perusahaannya. Perusahaan menggambarkan kebutuhan karyawan yang diperlukan dalam perusahaannya yang disertai dengan persyaratan yang harus dipenuhi oleh para calon karyawan.
1.3  Seleksi Tenaga Kerja / Selection
Perusahaan mengunakan tahapan dalam penerimaan tenaga kerjanya yaitu:
1.      Seleksi Administrasi.
  • General Aptitude test (GAT).
  • Tes Akademis dan Bahasa Inggris.
  • Tes Psikologi dan Diskusi Kelompok.
  • Wawancara.
  • Tes kesehatan.
2.      Pengembangan dan evaluasi karyawan / Development and evaluation
Perusahaan mengadakan pelatihan bagi para calon tenaga kerja yang telah diterima di perusahaanya. Hal ini terlihat dalam lembaran lowongan pekerjaannya
sebagai berikut :
Pelamar/Peserta seleksi penerimaan yang lulus/memenuhi syarat dalam proses seleksi di atas, akan dipanggil untuk mengikuti Program Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan (Diklat Prajab). Selama mengikuti Diklat Prajab status peserta adalah Siswa Diklat Prajabatan dan Diklat Prajabatan dilaksanakan selama + 12 bulan meliputi :
  • Pembinaan Kedisiplinan.
  • Pengenalan Perusahaan.
  • Pembidangan.
  • On The Job training (OJT).
  • Memberikan kompensasi dan proteksi pada pegawai / Compensation and protection.
Perusahaan tidak mencantumkan upah/gajih yang akan diterima oleh calon pekerja dalam lembaran lowongan pekerjaannya. Karena misalnya, perusahaan merupakan perusahaan milik negara oleh karena itu upah yang diberikan kepada karyawannya merupakan upah yang diperoleh pegawai negeri yaitu sesuai dengan golongan dalam jenjang karirnya.
3.      Jenjang Karir
Jenjang karir para karyawan seperti jenjang karir pegawai negeri pada umumnya.
Jadi dalam hal ini jenjang karir yang akan diperoleh oleh para karyawannya pasti yaitu naik golongan setiap 4 tahun sekali atau tergantung kebijakan perusahaan.
1.3  Hubungan Pengembangan Teknologi dan Sumber Daya Manusia
Hubungan antara teknologi dan sumberdaya manusia sangat erat kaitanya. Dengan berkembangnya teknologi maka akan mengefisiensikan tenaga manusia dalam proses operasi suatu perusahaan. Dalam hal ini harus ada singkronisasi antara tenaga kerja manusia dengan perkembangan teknologi supaya peran tenaga manusia tidak tergantikan oleh teknologi yang ada. Melihat hal tersebut harus adanya peningkatan kualitas para karyawan dalam bekerja yaitu mampu berinovasi dan berkreasi dalam pekerjaannya agar sumberdaya manusia (tenaga kerja) tidak tergantikan oleh teknologi yang semakih hari semakin berkembang.
KESIMPULAN
Dari uraian yang telah dipaparkan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam perekrutan tenaga kerja manusia harus diatur sedemikian rupa agar calon tenaga kerja baru yang akan diperoleh sesuai dengan tenaga kerja yang diperlukan oleh perusahaan dan kemampuanya sesuai dengan posisi yang akan diduduki didalam perusahaan tersebut. Perkembangan teknologi bukan menjadi suatu alasan dalam penyempitan lowongan pekerjaan dalam hal ini dituntut kreatifitas dan inovasi dari setiap karyawan agar posisi mereka masih tetap dibutuhkan dalam operasi suatu perusahaan.
II.            TINJAUAN TENTANG PSIKOLOGI PERSOAL/PERILAKU DALAM ORGANISASI
Kondisi global yang ditandai dengan persaingan yang makin ketat serta pasar bebas mengharuskan setiap perusahaan untuk mampu melakukan perbaikan berkelanjutan (continues improvement) agar mampu bersaing dan selanjutnya berkembang. Setiap perusahaan harus memiliki keunggulan kompetitif, kerjasama tim yang baik, kepercayaan dan penguasaan informasi yang memadai. Namun disamping semua faktor tersebut, faktor utama yang paling menentukan kesuksesan maupun keberhasilan perusahaan adalah pemimpin dalam perusahaan tersebut.
Sebagaimana diuraikan oleh Stephen R. Covey (1989) yang merupakan pakar psikologi dan manajemen organisasi dalam bukunya yang sangat terkenal The 7 Habits of Highly Effective Person bahwa faktor terpenting keberhasilan suatu organisasi sangat ditentukan oleh pemipinnya. Pemimpin yang efektif akan dapat memotivasi seluruh perangkat personalnya untuk memajukan organisasi dan mencapai tujuan organisasi dengan baik. Untuk itu pemimpin harus memiliki kriteria khusus dan memegang prinsip yang dapat menjadikannya pemimpin yang efektif.
Seorang pemimpinlah yang menentukan jalannya bisnis, sasaran-sasaran yang ingin dicapai baik internal maupun eksternal, aset dan skill yang diperlukan, kesempatan dan resiko yang dihadapi. Pemimpin perusahaan adalah ahli strategi yang memastikan bahwa sasaran organisasi akan dapat tercapai. Dalam hal ini perubahan sosial, inovasi tekhnologi dan meningkatnya kompetisi merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh setiap pemimpin. Oleh karena itu sangat dituntut bahwa pemimpin hendaknya memiliki talenta yang tinggi.(Watson, 1996)
Menyadari peran pemimpin yang sangat sentral dalam organisasi, para ahli berusaha melakukan berbagai macam penelitian untuk mendapatkan kriteria-kriteria pemimpin yang terbaik. Sudah begitu banyak teori-teori kepemimpinan yang ditulis oleh para ahli, baik dalam maupun luar negeri. Namun cukup disayangkan aspek yang dibahas sebagian besar hanya dari sisi manajemen dan bidang keahlian saja. Sehingga konsep yang dihasilkan cenderung mengasingkan manusia dari manusia disekitarnya. Manajemen modern juga menganggap tenaga kerja merupakan faktor produksi belaka sehingga menciptakan manusia-manusia yang semakin hari semakin terasing dari kodratnya yang paling utama yaitu sebagai abdi Tuhan.
   A.    Perlunya Sisi Psikologi dan Spiritual dalam Kepemimpinan
Tidak dapat dipungkiri seorang pemimpin selain mengendalikan perusahaan harus juga mampu mengendalikan dirinya sendiri dan berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi tersebut tidak hanya terbatas pada anggota dengan pimpinan, tetapi dalam arti luas interaksi tersebut melibatkan orang-orang dengan siapa organisasi melakukan transaksinya, yaitu dengan klien atau customer, supplier, peers, dan sebagainya. Interaksi tersebut tentu saja tidak akan berlangsung baik dan lancar jika tidak didasari oleh adanya penghargaan antara satu dengan yang lainnya.
Seberapa besar nilai-nilai pelayanan dan sikap positif mendasari para anggotanya akan terbaca dalam konteks hubungan yang terjalin. Dalam hal inilah pemimpin menjadi suatu model bagi para anggotanya. Bagaimana ia bersikap tehadap orang lain, tidak hanya sekedar sebagai pimpinan yang memberi perintah tetapi yang terpenting adalah kemampuannya untuk menjalin secara harmonis dengan tidak hanya mengandalkan rasio semata tetapi mampu menempatkan emosi pada tempat yang semestinya (Crosby, 1996).
Oleh karena itu kepemimpinan dalam perusahaan harus juga ditinjau dari perspektif psikologi dan spiritual. Sebenarnya orang-orang di barat juga sudah mulai membahas sisi spiritual dalam ilmu modern yang mereka kembangkan. Merekapun telah banyak melakukan penelitian-penelitian yang coba menggali sisi spiritual (Dadang Hawari : 2002).
Di antara hasil penelitian tersebut adalah apa yang diperoleh oleh Ludenthal dan Star yang membuktikan bahwa penduduk yang religius resiko mengalami stres jauh lebih kecil daripada mereka yang tidak religius dalam kehidupan sehari-harinya. Comstock dkk. dalam penelitiannya juga menyimpulkan bahwa kegiatan keagamaan yang dilakukan secara teratur disertai dengan berdzikir, berdoa, ternyata dapat mengurangi resiko kematian akibat penyakir jantung koroner, emphysema (penggelembungan paru) dan lever sampai 50 persen.
Dalam penelitian lainnya yang dilakukan oleh Harrington, Juthani, Monakow, dan Goldstein yang mencoba mencari hubungan antara ilmu pengetahuan (neuroscientific) dengan dimensi spiritual. Walaupun belum dapat dibuktikan secara sempurna namun mereka dalam presentasinya yang berjudul Brain and Religion: Undigested Issues meyakini bahwa terdapat god spot dalam susunan saraf pusat manusia. Sebagai contoh, orang yang menderita kecemasan, kemudian diberi obat anti cemas, maka yang bersangkutan akan menjadi tenang. Namun orang yang sama bila memanjatkan doa dan dzikir ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa juga akan memperoleh ketenangan.
   B.     Psikologi dan Spiritual Menurut Pandangan Islam
Salah satu bidang yang paling berkembang dalam kajian spritual ini adalah bidang psikologi, dimana munculnya istilah kecerdasan spiritual yang dikenal dengan SQ oleh sepasang suami-isteri Danah Zohar dan Ian Marshal. Bahkan pada tahun 1984, World Health Organization (WHO) telah menambahkan satu dimensi lagi untuk menilai kesehatan manusia yaitu dimensi spiritual. Oleh American Psychiatric Association ini diadopsi dengan paradigma pendekatan bio-psycho-socio-spiritual.
Akan tetapi dalam pembahasan psikologi modern yang dikembangkan oleh barat, masalah spiritual belum dikaitkan dengan sisi agama. Seperti dapat kita lihat pada buku SQ, Spiritual Intelligence, The Ultimate Intelligence (Danah Zohar dan Ian Marshal : 2000) sebagaimana dikritik oleh Ahmad Faqih HN dalam tulisannya, bahwa dikatakan tidak ada hubungan antara spiritualitas dengan religiusitas seseorang. Sampai-sampai dikatakan seorang atheis dan agnotis sekalipun bisa menjadi seorang memiliki kecerdasan spiritual.
Inti permasalahannya terletak pada cara pandang ilmu pengetahuan modern bahwa rasionalitas atau pancainderalah satu-satunya sumber pengetahuan. Pemikiran ini tentu saja berbeda dengan konsep Islam yang menempatkan wahyu disamping akal sebagai sumber pengetahuan. Hal ini menyebabkan ilmu pengetahuan modern termasuk didalamnya psikologi perlu mendapat perbaikan dan disesuaikan dengan prinsip Islam, dimana semua urusan harus dikembalikan kepada Al Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana firman Allah SWT
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan ta'atilah Rasul , dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya”(Qs. An-Nisaa’ : 59).
Dan juga selaras dengan ajaran Islam yang merupakan rahmat bagi seluruh alam sebagaimana tercantum dalam Al Qur’an :
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk rahmat bagi semesta alam” (Qs. Al Anbiyaa’:107).
Selain itu, terkait dengan keserbamencakupan dan kelengkapan syari'ah (Qs. Al Maidah :4), maka syari'ah itu mesti menjadi landasan nilai sekaligus landasan legal bagi segenap aktivitas manusia, termasuk dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Akan tetapi yang harus menjadi perhatian disini adalah dimana Islam memberi penjelasan bahwa manusia diberi karunia akal untuk mengembangkan ilmu pengetehuan yang berhubungan dengan dunia. Sebagaimana hadits masyhur yang diriwayatkan oleh Muslim dimana Nabi Muhammad SAW ketika ditanya tentang metode pembuahan pohon kurma oleh sahabat. Hadits itu, dalam sebagian riwayat berbunyi: “Kalian lebih tahu tentang perkara dunia kalian” (Hadist ini diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Sahih-nya, dalam kitab Al Fadlail, dari riwayat Thalhah, Rafi' bin Khudaij, A'isyah, dan Anas r.a. (hadist-hadist no. 2361-2363) dari Shahih Muslim). 
C. Psikologi Islam
Berangkat dari keterbatasan ilmu psikologi modern inilah yang menyebabkan para ilmuwan muslim mulai mengembangkan psikologi Islam. Disamping itu telah diketahui bahwa dalam sejarah Islam sendiri telah banyak para pemikir Islam yang menulis buku berkaitan dengan ilmu kejiwaan. Misalnya konsep perkembangan moral dan rasio seseorang bisa dibaca dalam karya klasik Ibn Thufail yang berjudul Hayy ibn Yaqzhan. Atau konsep-konsep umum mengenai nafs, qalb, atau akal yang dikemukakan oleh tokoh semacam al-Ghazali, Ibn Miskwaih, Ibnul Qoyyim al-Jauzi, dan lain-lain (Utsman Najati : 2002).
Dalam perkembangannya sebagaimana ditulis oleh Ahmad Faqih HN dalam artikelnya “Menggagas Psikologi Islami: Mendayung di Antara Paradigma Kemodernan dan Turats Islam” bahwa pengembangan psikologi Islam terbagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama adalah mereka yang memiliki latar belakang pendidikan psikologi modern dan kemudian bersentuhan dengan konsep-konsep psikologi yang dibahas dalam ajaran Islam. Mereka lalu mulai mencocokan dan mengintegrasikan ilmu psikologi yang mereka kuasai dengan apa yang ada dalam Al Qur'an dan Hadist serta khasanah klasik Islam, dan pada tingkat yang lebih lanjut mulai mengkritisi teori psikologi barat yang dinilai tidak sesuai.
Sedangkan kelompok kedua adalah mereka yang memang langsung menggali khasanah klasik Islam yang diantaranya membahas tentang ilmu kejiwaan manusia. Misalnya, Abdul Mujib dan Achmad Mubarok. Keduanya bukanlah psikolog dan tidak memiliki latar belakang pendidikan psikologi, namun mereka memiliki akses terhadap literatur-literatur berbahasa Arab yang di situ terhampar pemikiran-pemikiran cendekiawan muslim klasik yang bersinggungan dengan psikologi.
Perkembangan kajian psikologi Islam yang cukup pesat dari kedua kelompok tersbut memberi harapan bahwa nantinya psikologi Islam dapat digunakan sebagai mahzab kelima psikologi setelah psikoanalisis, behavioristik, humanistik, dan transpersonal. Akan tetapi kalau mau dicermati kedua model pengembangan tersebut masih memiliki kelemahan-kelemahan fundamental yang harus diwaspadai jika ingin mendapatkan hasil yang maksimal. Misalnya, apabila terlalu memfokuskan pada pendekatan modern kemudian hanya melabelkannya dengan Islam, maka yang terjadi adalah bukan muncul suatu ilmu, melainkan hanya menempel-nempelkan yang dianggap cocok (labeling).
Sedangkan di sisi lain adalah adanya kebutuhan akan ilmu-ilmu baru yang memang belum ada dalam kajian para ilmuwan Islam masa pertengahan dan tidak dibahas Al Qur’an dan Hadist secara langsung. Ilmu-ilmu tersebut misalnya manajemen perusahaan, akuntansi modern, tekhnologi informasi dan komunikasi, dan lain-lain. Tetapi tentang hal yang tidak diketahui, secara konsep telah diberikan solusinya dalam Al Qur’an yaitu “…maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” (An-Nahl :43).
      D.    Makna Pemimpin dan Kepemimpinan
Stogdill (1974) yang merupakan salah satu ahli yang banyak meneliti dalam bidang kepemipinan menyatakan dalam bukunya Handbook of Leadership. A Survey of Theory and Research bahwa definisi kepemimpinan yang ada hampir sama dengan jumlah orang yang mendefinisikannya. Ia sendiri dalam buku yang sama mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses atau tindakan untuk mempengaruhi aktivitas suatu kelompok organisasi dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan Locke (1997) sebagaimana dirangkum oleh Th. Agung M. Harsiwi (2003) menjelaskan kepemimpinan mencakup tiga elemen berikut :
1.      Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (relational concept). Kepemimpinan hanya ada dalam proses relasi dengan orang lain (para pengikut). Apabila tidak ada pengikut, maka tidak ada pemimpin. Tersirat dalam definisi ini adalah premis bahwa para pemimpin yang efektif harus mengetahui bagaimana membangkitkan inspirasi dan berrelasi dengan para pengikut mereka.
2.      Kepemimpinan merupakan suatu proses. Agar bisa memimpin, pemimpin harus melakukan sesuatu. Seperti telah diobservasi oleh John Gardner (1986-1988) kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu otoritas. Kendati posisi otoritas yang diformalkan mungkin sangat mendorong proses kepemimpinan, namun sekedar menduduki posisi itu tidak menandai seseorang untuk menjadi pemimpin.
3.      Kepemimpinan harus membujuk orang-orang lain untuk mengambil tindakan. Pemimpin membujuk pengikutnya melalui berbagai cara, seperti menggunakan otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model (menjadi teladan), penetapan sasaran, memberi imbalan dan hukum, restrukturisasi organisasi, dan mengkomunikasikan visi.
Islam sebagai agama yang sempurna sangat memperhatikan tentang masalah kepemimpinan ini. Pemimpin yang dalam bahasa Al Qur'an disebut khalifah sangat sering disebutkan dan dibahas dalam Al Qur'an. Di antaranya ayat-ayat tersebut adalah :
“Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi” (Qs Al Baqarah :30),
Kemudian pada ayat yang lain Allah berfirman
“Sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi,maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia menyesatkan kamu dari jalan Allah” (Qs As Shaad:26).
“Dialah yang menjadikan kami khalifah-khalifah dimuka bumi” (Qs Al Fathir : 39),
Dan masih ada banyak ayat-ayat yang lain, salah satu bukti pentingnya seorang pemimpin dapat kita lihat dari sebuah hadist yang memerintahkan untuk mengangkat seorang pemimpin walaupun hanya dalam keadaan berpergian dengan jumlah tiga orang, yaitu
“Apabila ada tiga orang keluar bepergian, maka hendaklah mereka menjadikan salah seorang sebagai pemimpin” (H.R Abu Daud).
Dan juga dapat kita lihat dari dalamnya sabda Rasululullah SAW,
“:Kamu semuanya pemimpin (di tempat dan bidangnya masing-masing) dan semua kamu akan diminta pertanggungjawabannya dan Imam (penguasa) itu adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawabannya”: (H. R. Bukhari dan Muslim).

      E.     Pemimpin Perusahaan Yang Tangguh
Semua pekerjaan baik itu besar maupun kecil harus dilakukan oleh orang yang tepat, itilah populernya right man in the right place. Rasulullah SAW beberapa abad yang lampau telah mengingatkan
“Jika suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya (tidak memiliki kapasitas untuk mengembannya), maka tunggulah saat kehancurannya” (H.R. Bukhari bab Ilmu).
Terlebih lagi urusan pemimpin yang memegang kendali terhadap apa yang dipimpinnya. Dalam hal ini pemimpin perusahaan yang ditangannya terletak masa depan perusahaan dan seluruh pihak yang merupakan stake holders perusahaan tersebut. Kepemimpinan sebagai salah satu penentu arah dan tujuan organisasi harus mampu mensikapi perkembangan zaman. Pemimpin yang tidak dapat mengantisipasi dunia yang sedang berubah ini, atau setidaknya tidak memberikan respon, besar kemungkinan akan memasukkan organisasinya dalam situasi stagnasi dan akhirnya mengalami keruntuhan.
Seorang pemimpin perusahaan yang ideal haruslah seorang yang mempunya kapabilitas dan profesionalitas agar dapat memimpin dengan manajemen dan sistem yang baik. Sudah begitu banyak buku manajemen dan psikologi yang ditulis oleh para ahli yang mencoba merumuskan karakteristik dari pemimpin perusahaan yang tangguh dan efektif. Dua buku yang paling populer membahas tentang ini adalah The 7 Habits of Highly Effective Person (Stephen R Covey : 1989) dan Managing People is like Herding Cats (Warren Bennis : 1997)
Dalam bukunya Stephen R Covey menguraikan bahwa beberapa kriteria pemimpin organisasi yang efektif adalah :
1.      Mau terus belajar
Pemimpin harus menganggap seluruh hidupnya sebagai rangkaian dari proses belajar yang tiada henti untuk mengembangkan pengetahuan dan wawasannya.
2.      Berorientasi pada pelayanan
Seorang pemimpin yang baik akan melihat kehidupan ini sebagai misi bukan karir, dimana ukuran keberhasilan mereka adalah bagaimana mereka bisa menolong dan melayani orang lain, karena dasar yang melandasinya kepemimpinan adalah kesediaan untuk memikul beban orang lain.
3.      Memberikan energi positif
Energi positif yang dipancarkan akan dapat mempengaruhi orang-orang di sekitarnya, sehingga dapat tampil sebagai juru damai dan penengah untuk menghadapi dan membalikkan energi destruktif menjadi positif.
4.      Mempercayai orang lain
Dengan mempercayai orang lain maka seorang pemimpin dapat menggali dan menemukan kemampuan tersembunyi dari pekerjanya.
5.      Memiliki keseimbangan hidup
Pemimpin efektif merupakan pribadi seimbang, tidak berlebihan, mampu menguasai diri, bijak, tidak gila kerja dan menjadi budak rencana-rencana sendiri.
6.      Jujur pada diri sendiri
Sikap ini ditunjukkan dengan sikap mau mengakui kesalahan dan melihat keberhasilan sebagai hal yang berjalan berdampingan dengan kegagalan.
7.      Mau melihat hidup sebagai sesuatu yang baru
Pemimpin yang mampu dan mau melihat hidup sebagai sesuatu yang baru akan memiliki kehendak, inisiatif, kreatif, dinamis dan cerdik.
8.      Memegang teguh prinsip
Mampu memegang teguh prinsip dan tidak mudah dipengaruhi, namun untuk hal harus dikompromikan dapat bersifat luwes.
9.      Sinergistik
Pemimpin harus bersikap sinergistik dan menjadi katalis perubahan, sehingga setiap situasi yang dimasukinya selalu diupayakan menjadi lebih baik karena selalu produktif dalam cara-cara baru dan kreatif.
10.  Selalu memperbaharui diri
Pemimpin harus bersedia secara teratur melatih empat dimensi kepribadian manusia, yaitu fisik, mental, emosi, dan spiritual untuk memperbarui diri secara bertahap.
Sedangkan Warren Bennis (1997) sebagaimana dirangkum oleh Cahyo Pramono dalam tulisannya di Waspada Online (26 Juli 2004) menulis dalam bukunya Managing People is like Herding Cats yang juga telah diterbitkan dalam versi bahasa Indonesia, mensyaratkan bahwa seorang pemimpin perusahaan yang tangguh haruslah mempunyai karakteristi-karakteristik berikut :
1.      Pengenalan diri
Secara pasti mereka mengenal kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki. Bahkan mereka sering menggunakan jasa pihak lain untuk memberikan masukan dan pemahaman atas kepribadiannya. Dengan bekal pemahaman atas dirinya, mereka bergerak maju memperbaiki kekurangan dan melesat jauh bersama kelebihannya.
2.      Terbuka terhadap umpan balik
Pemimpin yang efektif mengembangkan sumber-sumber umpan balik yang bervariasi dan berharga mengenai perilaku dan kinerja mereka. Pemimpin yang efektif cenderung memiliki gaya yang terbuka. Dalam proses pembelajaran tersebut kadang pemimpin yang efektif dan dinamis menjadi sangat reflektif terhadap apa yang dikerjakan, kendati hal tersebut membuat mereka menjadi terbuka dan rawan terhadap kritik.
3.      Pengambil resiko yang selalu ingin tahu
Kebanyakan pemimpin adalah petualang, pengambil risiko dan selalu ingin tahu bahkan sangat ingin tahu. Mereka tampak mampu mengambil risiko sangat besar dan membiasakan dirinya selalu terlibat dalam situasi berbahaya yang mereka sadari sebelumnya. Hampir selalu terjadi, para pemimpin besar mengalami kemunduran, krisis, atau kegagalan dalam kehidupan mereka.
4.      Konsentrasi pada pekerjaan
Mereka adalah orang-orang yang walaupun berkemampuan kecil dalam hubungan antar pribadi, tetapi memiliki tingkat konsentrasi yang luar biasa. Mata tajam mereka terfokus pada pekerjaan, perusahaan, sasaran-sasaran, dan misi misi mereka.
5.      Menyeimbangkan tradisi dengan perubahan
Alfred North Whitehead pernah mengatakan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin efektif, anda harus memiliki keterikatan, baik dengan budaya maupun dengan kebutuhan akan revisi dan perubahan. Anda mesti waspada dengan tradisi, tetapi tak terjerat olehnya.
6.      Bertindak sebagai model dan mentor
Pemimpin bangga menjadi seorang mentor dan merasakan kemenangan ketika mereka pada akhirnya berhasil melahirkan pemimpin-pemimpin baru. Pemimpin menghargai kemenangan itu dengan menjadikan seluruh periode kehidupan sebagai proses belajar, dan memanfaatkan semua pengalaman secara didaktik.
Selain 2 di atas, masih banyak lagi rumusan ciri dan karakteristik pemimpin perusahaan yang tangguh dan efektif, diataranya adalah dari Enterprising Nation (1995), yang mensyaratkan untuk menjadi pemimpin perusahaan yang tangguh haruslah memiliki delapan kompetensi, yaitu: (a) people skills, (b) strategic thinker, (c) visionary, (d) flexible and adaptable to change, (e) self-management, (f) team player, (g) ability to solve complex problem and make decisions, dan (h) ethical/high personal standards.
Sedang American Management Association (1998) dalam buku Eighteen Manager Competencies yang mereka terbitkan sendiri, menuliskan 18 kompetensi yang harus dimiliki manajer tangguh, yaitu: (a) efficiency orientation, (b) proactivity, (c) concern with impact, (d) diagnostic use of concepts, (e) use of unilateral power, (f) developing others, (g) spontaneity, (h) accurate self-assessment, (i) self-control, (j) stamina and adaptability, (k) perceptual objectivity, (l) positive regard, (m) managing group process, (n) use of sosialized power, (o) self-confidence, (p) conceptualization, (q) logical thought, dan (r) use of oral presentation.
Rumusan-rumusan diatas penulis anggap sudah mencukupi dan dapat mewakili yang lain dalam merumuskan karakteristik pemimpin perusahaan yang tangguh dari perspektif psikologi dan manajemen. Namun berbeda dengan konsep modern yang melihat target hanyalah untuk mendapatkan keuntungan dunia, sebaliknya Islam lebih dari itu telah memberikan solusi agar yang kita kerjakan juga dapat menghasilkan keuntungan akhirat di samping dunia.
Oleh karena itu konsep rumusan karakteristik pemimpin tangguh yang telah ada harus diintegrasikan dengan perinsip-prinsip yang sangat indah dari prinsip kepemimpinan Islam, sehingga yang didapatkan bukan hanya pemimpin perusahaan yang tangguh tetapi betul-betul seorang pemimpin perusahaan yang ideal.
F.     Pemimpin yang tangguh + Prinsip Kepemimpinan Islam = Pemimpin Ideal
Sebagai sebuah agama yang komprehensif dan secara lengkap mengatur segala aspek kehidupan manusia, agama Islam memiliki prinsip-prinsip mendasar yang secara khusus mengatur penjabaran visi, misi, kewajiban, fungsi, tugas, wewenang, tanggung jawab manusia dimuka bumi ini. Tidak terkecuali dalam memimpin sebuah perusahaan, setiap pribadi yang mendapat amanah sebagai pemimpin harus tetap memegang prinsip-prinsip Islam yang sangat mulia. Sebagaimana firman-Nya : “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu” (Al Baqarah :208).
Berkaitan dengan kepemimpinan yang termasuk didalamnya kepemimpinan dalam perusahaan, Islam juga telah memberikan konsep dan prinsip yang lengkap dan sempurna. Di antara prinsip yang paling utama untuk membentuk pemimpin yang ideal adalah :
a.       Prinsip Ibadah
Seorang pemimpin yang pada hakekatnya adalah makhluk ciptaan-Nya, maka sudah seharusnya dalam seluruh amal perbuatannya didasarkan pada tujuan utama ikhlas mencari ridha Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya : “Dan tidak Ku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku” (Qs Adz Dzaariyat :56), dan juga pada ayat lain, “Dan hendaklah kamu beribadat kepada Allah saja dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun jua dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat, tetangga yang jauh, rekan sejawat, orang musafir yang terlantar dan juga hamba sahaya yang kamu miliki”. (Qs An Nisa' : 36 ).
b.      Prinsip Amanah
Seorang pemimpin yang mengaku beriman dan Islam, harus menjalankan 2 jenis amanah yang dibebankan kepadanya. Amanah yang pertama berasal dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Yaitu kewajiban untuk menjalankan segala perintah Allah SWT dan Rasul-Nya, serta menjauhi segala larangan-Nya dan larangan Rasul-Nya. Menjalankan perintah dan menjauhi larangan itu, meliputi segala bidang, baik yang bersifat pibadi, maupun umum. Baik yang berhubungan langsung dengan Allah SWT (hablum minallahi) yang mengandung aspek ritual, maupun yang berhubungan dengan sesama manusia (hablum minannasi) yang mengandung aspek sosial.
Amanah yang kedua adalah yang berasal dari manusia. Amanah ini meliputi berbagai hal yang menyangkut hajat hidup manusia sehari-hari, baik dalam urusan pribadi, maupun urusan bersama. Setiap individu yang mendapat amanah dari manusia untuk pemimpin mendapat beban amanah untuk mengurus, mengatur, memelihara dan melaksanakan kewajiban itu secara baik dan benar. Sebagaimana firman Allah SWT, "Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu sedangkan kamu mengetahui (akibatnya)" (Qs. Al-Anfaal : 27-28), dan juga ayat-ayat lain yang bermakna sama.
c.       Prinspip Ilmu / Profesionalitas
Prinsip ilmu maksudnya adalah semua pekerjaan itu harus dilakukan berdasarkan dengan ilmu pengetahuan, sebagaimana firman Allah : “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak mempunyai pengetahuan mengenainya”(Qs Al Israa': 36). Selain itu masih banyak ayat-ayat dalam Al Qu'an yang menggambar pentingnya ilmu, termasuk ayat yang pertama kali turun memerintahkan untuk ikra' (membaca).
Nabi Muhammad SAW dalam salah satu hadist yang sudah sangat sering kita dengar mengatakan bahwa, “Jika suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya (tidak memiliki kapasitas untuk mengembannya), maka tunggulah saat kehancurannya” (H. R. Bukhari bab Ilmu). Dan juga Imam Syafi'i yang merupakan salah satu ulama besar Islam mengatakan bahwa “barangsiapa yang menginginkan dunia maka hendaklah dengan ilmu, barangsiapa yang menginginkan akhirat maka hendaklah dengan ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan dua-duanya maka hendaklah dengan ilmu.” (Al-Majmu' Imam An-Nawawi).
d.      Prinsip Keadilan
Dapat kita lihat dengan banyaknya perintah untuk berbuat adil di dalam Al Qur;an. Beberapa di antaranya adalah :
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.”(An Nisaa :135), dan juga “Katakanlah : Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan. Dan : Luruskanlah muka mu di setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan keta'atanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan “(Al A'raaf : 29).
e.       Prinsip Etos Kerja / Kedisiplinan
Islam adalah agama yang mengajarkan kerja keras dan usaha disamping berdoa untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Islam tidak pernah mengajarkan untuk hanya tinggal berharap dan berpangku tangan. Sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT bahwa, "yang demikian itu karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Qs Al Anfaal : 53).
Pada ayat : “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung” (QS Al Jumu'ah : 10), Allah SWT memerintahkan kepada manusia untuk segera bekerja setelah beribadah dan tidak hanya pasrah dengan alasan zuhud atau tawakkal. Maha benar Allah SWT yang telah berfirman : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu dari negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari duniawi… “(Qs Al Qashash : 77)
f.       Prinsip Akhlaqul Qarimah
Sebagai seorang yang beriman sudah sepantasnya kita mencontoh Rasulullah SAW dalam seluruh aspek kehidupan terutama menyangkut masalah akhlak. Semua orang yang mengenal beliau, baik kawan maupun lawan pastilah akan memuji kemuliaan akhlak dan kepribadian beliau. Bahkan 'Aisyah istri beliau ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah, mengatakan bahwa seperti Al Qur'an. Allah SWT sendiri dalam salah satu ayat memuji beliau dengan mengatakan : “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (Qs Al Qalam : 4).
Allah SWT juga telah menyampaikan kepada manusia apabila ingin memperoleh kebaikan di dunia dan akhirat agar mencontoh dan meneladani akhlak beliau, sebagaimana tersirat dalam ayat berikut, “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu dan bagi orang yang mengharap Allah dan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS Al Ahzaab : 21).

G.    Penutup
Para ilmuwan dan pemikir Islam seharusnya berusaha lebih keras dalam melakukan pengembangan psikologi Islam yang diharapkan nantinya dapat menjadi penyeimbang konsep psikologi modern yang cenderung sekularistik. Konsep dan rumusan prinsip mulia yang dimiliki Islam apabila dapat diintegrasikan secara tepat dan cermat dengan konsep psikologi dan manajemen modern akan menghasilkan suatu konsep baru dalam menciptakan model kepemimpinan dalam perusahaan yang ideal. Seorang pemimpin tidak hanya dapat membawa perusahaan yang dipimpinnya melesat maju, akan tetapi yang terpenting adalah bisa membawa kebaikan di dunia dan akhirat untuk dirinya dan orang lain.
Dua model pengembangan psikologi Islam tentunya masih perlu terus-menerus diuji sampai kemudian diperoleh mana yang dianggap menjadi pondasi yang kuat dalam usaha pengembangannya. Demikian pula dengan tulisan dan pendapat yang diajukan penulis dalam menggunakan konsep psikologi Islam untuk mendapatkan karakteristik pemimpin yang ideal tentu saja masih membuka peluang yang sangat luas untuk perbaikan dan kritik.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa tidak ada yang sempurna selain Allah SWT, maka dalam mengambil dan mempelajari sebuah ilmu kita tidak boleh bersifat jumud (mencukupkan diri), sehingga menutup diri dari pendapat yang berbeda dengan yang ada pada kita sebelumnya. Akhir kata penulis berdoa agar tulisan ini dapat bermamfaat dan dinilai sebagai amal ibadah yang ikhlas karena Allah SWT semata.


DAFTAR PUSTAKA
1.      www.organisasi .org
2.      www.pln.co.id
3.      http://digg.com/educational/Lowongan_pekerjaan_di_PT_PLN_Persero
4.      Ambrose, M.L. dan Schminke, M. 2003. Organization Structure as a Moderator of the Relationship Between Procedural Justice, Interactional Justice, Perceived Organizational Support, and Supervisory Trust. Journal of Applied Psychology. Vol. 88 No. 2, 295-305.
5.      As’ad, M. 1991. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty.
6.      Baradell, J. g., & Klein, K. 1993. Relationship of life Stress and Body Consciousness ti Hypervigilant Decision Making. Journal of Personality and Social Psychology. 64, 2, 267 273.
7.      Bernardin, H. J., & Russell, J. E. A. 1993. Human Resource Management, an Experiental Approach. Singapore: McGraw-Hill.
8.      Cannella, A.A., dan Rowe, W.G. 1995. Leader Capability, Succession, and Competitive Context: A Study of Professional Baseball Teams. Leadership Quarterly. Vol. 6. No. 01, 59-88
9.      Caroll, M. 1996. Workplace Counselling A Systematic to Employee Care. London: SAGE Publication Ltd.
10.  Cervone, D., Jiwani. N., & Wood, R. 1991. Goal Setting and The Differential Influence of Self-Regulatory Process on Complex Decision Making Performance. Journal of Personality and Social Psychology. 61, 2, 257-266.
11.  Chen, C.C., dan Meindl, J.R. 1991. The Construction of Leadership Image in the Popular Press: The Case of Donald Burr and People Express. Administrative Sciences Wuarterly, Vol. 36, 521-551
12.  Covey, S. R. 1994. Tujuh Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
13.  Hadipranata, F. A. 1999. Pengaruh Pembentukan Kelompok (Team Building) terhadap Etos Kerja dan Kontribusinya bagi Produktivitas Insani. Jurnal Psikologi. Vol. 20. No. 01, 18-28.
14.  Hodson, C. 2007. Psychology and Work . First Published. Routledge. New York.
15.  Johnson, D.W., dan Johnson, F.P. 1991. Joining Together: Group Theory and Group Skill. 7th ed. Englewood Chiffs: Prentice-Hall, Inc.
16.  Konovsky, M.A. dan Pugh, S.D. 1994. Citizenship Behavior and Social Exchange. Academy of Management Journal. Vol. 37, 656-669.
17.  Macan, T. H. 1994. Time Management: Test of Process Model. Journal of Applied Psychology. 79, 3, 381 391.
18.  Manz, C. C., & Sims, H. Positivisme, Jr. 1985. Self-Management as A Substitude Leadership: A Social Learning Theory Perspective. New York; Mc graw-Hill.
19.  Meindl, J.R., Ehrlich, S.B., dan Dukerich, J.M. 1985. The Romance of Leadership. Administrative Science Quarterly. Vol 30, 78-102
20.  Robbins, S. P. 1998. Organizational Behavior Konsepth, Conrtroversies, Aplication Eighth Edition. Prentice Hall Internasional.
21.  Salusu. 1998. Pengambilan Keputusan Strategik Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Non Profit. Jakarta: Grasindo Gramedia.
22.  Seltzer, J., dan Bass, B.M. 1990. Transformational Leadership Beyond Initiation and Consideration. Journal of Management. Vol. 16. No. 4, 693-703.
23.  Spreitzer, G.M., Janasz, S.C., dan Quinn, R.E. 1999. Empowered to Lead: The Role of Psychological Empowerment in Leadership. Journal of Organizational Behavior. Vol. 20, 511-626.
24.  Taylor, S.E. 1995. Health Psychology, International Edition. Singapore: McGraw-Hill Book Co.
25.  Thoits, P.A. 1986. Social Support As Coping Assistance. Journal of Counsulting and Clinical Psychology, 54, 416-423.



[1] M.Natsir, Capita Selecta, NV Penerbitan W. van Hoeve, tanpa tahun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar